Iklan

iklan

Irama untuk Jalan Tapung Raya

Redaksi
Kamis, 02 Mei 2024 | 22:11 WIB Last Updated 2024-05-02T15:11:38Z
Toibul Hadi (Foto;Net/Kampartrapos.com)


Oleh : Toibul Hadi  

_"Kucari dan selalu kucari jalan terbaik, agar tiada penyesalan dan air mata" Sekiranya tuan-puan, apabila kita dituntut berpikir untuk mencari "lagu" yang pas untuk menggambarkan jalan provinsi di Tapung Raya, maka penggalan lagu tersebut adalah pemenangnya._


Pada awalan tulisan ini, saya ingin menjelaskan bahwa saya adalah bumiputera Tapung Raya yang dibesarkan atas tunjuk-ajar asli dari Tapung Raya. Tetapi, karena infrastruktur pendidikan yang masih kurang maju seperti di kota-kota, saya terpaksa melangkahkan kaki berpindah dari sekolah ke sekolah. Berkat gaya hidup nomaden tersebut, saya menegaskan bahwa jalan di Tapung Raya itu jelek.

Sebelum anda marah, saya ingin kita mengingat-ingat, dahulu ada seseorang bernama Friedrich Hegel pernah berkata, bahwa dibutuhkan ide-ide atau setidaknya gosip yang diimajinasikan kontradiksi dengan ide-ide pada zaman sebelumnya agar menjadi mesin yang membawa perubahan kepada nasib masyarakat, nasib kita. Berangkat dari hal itu mari kita ciptakan anti-tesis atas jeleknya infrastruktur jalan darat di Tapung Raya.

Mari kita mulai gosip dengan pertanyaan "Apakah pemerintah Provinsi Riau bekerja untuk Tapung Raya?" Jawaban seharusnya adalah iya, karena Tapung Raya masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Kampar, dan jalan tersebut berstatus jalan provinsi. Tetapi, apakah dengan merasakan berkendara di jalan tersebut, kita dapat mengatakan pemerintah Provinsi Riau bekerja untuk Tapung Raya? Sepertinya tidak. Sebab, bukan karena sejatinya Pemerintah Provinsi Riau tidak merawat jalan tersebut, tetapi fakta itulah yang kita rasakan, mereka (red. Pemprov) seperti tidak bekerja, karena masalah jalan berlobang tak sudah-sudah.

Saat berkendara, kita dipaksa untuk berkelok-kelok mencari dimana jalan terbaik dari yang terburuk, bukan karena mereka ingin kemampuan berkendara kita meningkat, tetapi mereka seolah-olah ingin kita hidup sengsara. 

Mereka ingin kita kesulitan ekonomi karena sulitnya mengantarkan hasil tani kepada pengepul. Mereka sepertinya ingin melihat kita marah. Barangkali, mereka tidak tahu cara rakyat marah. Mungkin juga, mereka belum mengenal konsep bijak dan adil. 

Melalui tulisan ini, saya juga memberikan jemputan kepada anda sekalian, lebih tepatnya jemputan untuk berpikir. Berpikir tentang kesengsaraan yang dirasakan oleh rakyat, terutama di Tapung Raya. 

Barangkali, kesengsaraan kita memiliki energi yang sama. Barangkali juga, kesengsaraan kita mampu menjadi letupan untuk melawan kebobrokan yang sudah menjadi ulam saat menyantap makan siang. 

Mari kita lawan, walaupun dalam hati. Marilah kita suarakan betapa hancurnya hati ibu yang mendapat kabar anaknya kecelakaan di jalan Tapung Raya karena menghindari lobang saat berangkat kuliah. Bukankah kita berhak marah kepada yang dzalim? Atau, nurani mereka telah mati.

iklan
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Irama untuk Jalan Tapung Raya

Trending Now

Iklan

iklan